Debat capres – cawapres telah memasuki putaran kelima pada sabtu, 13 April 2019. Putaran tersebut sekaligus mengakhiri debat publik bagi keduanya. Dari segi pakaian atau busana yang mereka pakai, kedua pasangan memperlihatkan kekonsistenannya. Pasangan 01 (Jokowi – Ma’ruf) menggunakan atasan berwarna putih sedangkan pasangan 02 (Prabowo – Sandiaga) menggunakan setelan jas.
 |
| Sumber: republika.co.id |
Kita bisa memperkirakan meskipun tidak mengetahui secara mendalam tentang latar belakang mereka dalam menentukan pilihan busana yang dipakainnya, tetapi pandangan alami dari seorang konsultan fesyen, Amy Wirabumi setidaknya dapat menambah wawasan kita secara jelas tentang busana capres – cawapres Indonesia periode berikutnya itu.
Menurutnya, busana yang digunakan kedua pasangan tidak lepas dari latar belakang kehidupan, baik budaya maupun keluarga mereka selama ini. "Ada dasar latar belakang mereka masing-masing. Bahwa Jokowi dari keluarga sipil, yang pasti beliau merasakan bahwa kemeja putih itu adalah baju yang rapi. Apalagi dengan Ma’ruf sebagai kiai, yang pasti juga sering berpakaian putih," kata Amy seperti dilansir Antara, Sabtu, 13 April 2019. Sementara Prabowo dulunya adalah tentara dan Sandi merupakan seorang pengusaha papan atas. "Potongan jas itu relatif akrab dengan mereka," tambahnya.
Baik pasangan 01 maupun 02, sama-sama mengerti apa yang ingin disampaikan dalam penampilan. Hal itu ditandai dengan konsistensi mereka selama debat publik dalam berbusana. Menurut Amy, kemeja putih adalah hal yang ingin terus dibawa oleh pasangan 01 sedangkan pasangan 02 yang memilih jas, kesannya adalah wibawa. Padding bahu pada jas itu memang akan membuat seseorang terlihat berwibawa. "Jadi pemilihan jas seperti ini akan membangun kesan dan tersampaikan pada yang melihat jadi kesan yang timbul ya berwibawa dan rapi," ujar dia.
Bagi para pengamat busana seperti halnya Amy, penting bagi setiap orang untuk menunjukkan kepribadian melalui pakaian atau busana yang mereka kenakan dan itu tidak hanya berlaku bagi para pejabat atau politikus tetapi semua orang. "Sangat berpengaruh karena pakaian itu adalah komunikasi kita yang pertama pada orang di sekeliling kita. Tanpa perlu bicara, orang sudah bisa menilai penampilan. Kadang-kadang kita bisa melihat lebih jauh lagi dari tipenya dia, sifatnya dia dari warna kesukaan," tambahnya.
Menurutnya, busana yang digunakan kedua pasangan tidak lepas dari latar belakang kehidupan, baik budaya maupun keluarga mereka selama ini. "Ada dasar latar belakang mereka masing-masing. Bahwa Jokowi dari keluarga sipil, yang pasti beliau merasakan bahwa kemeja putih itu adalah baju yang rapi. Apalagi dengan Ma’ruf sebagai kiai, yang pasti juga sering berpakaian putih," kata Amy seperti dilansir Antara, Sabtu, 13 April 2019. Sementara Prabowo dulunya adalah tentara dan Sandi merupakan seorang pengusaha papan atas. "Potongan jas itu relatif akrab dengan mereka," tambahnya.
Baik pasangan 01 maupun 02, sama-sama mengerti apa yang ingin disampaikan dalam penampilan. Hal itu ditandai dengan konsistensi mereka selama debat publik dalam berbusana. Menurut Amy, kemeja putih adalah hal yang ingin terus dibawa oleh pasangan 01 sedangkan pasangan 02 yang memilih jas, kesannya adalah wibawa. Padding bahu pada jas itu memang akan membuat seseorang terlihat berwibawa. "Jadi pemilihan jas seperti ini akan membangun kesan dan tersampaikan pada yang melihat jadi kesan yang timbul ya berwibawa dan rapi," ujar dia.
Bagi para pengamat busana seperti halnya Amy, penting bagi setiap orang untuk menunjukkan kepribadian melalui pakaian atau busana yang mereka kenakan dan itu tidak hanya berlaku bagi para pejabat atau politikus tetapi semua orang. "Sangat berpengaruh karena pakaian itu adalah komunikasi kita yang pertama pada orang di sekeliling kita. Tanpa perlu bicara, orang sudah bisa menilai penampilan. Kadang-kadang kita bisa melihat lebih jauh lagi dari tipenya dia, sifatnya dia dari warna kesukaan," tambahnya.
0 komentar:
Post a Comment