Saturday, May 7, 2016

Kain Tenun Tradisional : Ulos, Songket, Lurik, dan Ikat

Berdasarkan bahan dan motifnya, kain tenun tradisional di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Seperti kain tenun ulos, songket, lurik, dan ikat (Eko Punto Hendro, 1992). Ulos merupakan kain tenun khas Batak. Dan tiga jenis lainnya tersebar diberbagai daerah di Indonesia yang memiliki karakteristik tertentu. 

1. ULOS


Dari bahasa asalnya (Batak), ulos artinya kain. Kain tenun ini secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak yang dibuat menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dengan warna dominannya adalah merah, hitam, dan putih yang dipadukan dengan ragam desain tenun dari benang emas atau perak.

Kedudukan Ulos sendiri termasuk sakral, ia hadir dalam berbagai peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Batak seperti pernikahan, kelahiran, juga dukacita. 

Mulanya Ulos berbentuk selendang atau sarung saja, namun kini banyak dijumpai pula dalam bentuk lainnya yaitu produk sovenir, seperti sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.

2. SONGKET


Kata “Songket” berasal dari istilah “Sungkit”. Berasal dari bahasa Melayu yang artinya “mengait”. Kain ini digolongkan dalam keluarga tenun Brokat, merupakan khas Melayu dan Minangkabau yang ditenun menggunakan benang logam metalik (emas atau perak) sehingga menimbulkan efek kemilau.  

Songket memiliki berbagai motif tradisional yang merupakan ciri khas budaya setempat. Beberapa motif songket antara lain Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah. Pada umumnya Songket dikenakan pada acara-acara resmi, seperti pernikahan. 

Songket dapat dikenakan dengan melilitkan pada tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai hiasan ikat kepala. Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh gadis remaja, akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.

3. LURIK


Lurik berasal dari bahasa Jawa kuno yaitu lorek yang berarti lajur, garis, belang, dapat pula berarti corak. Kain tenun Lurik telah ada di jawa sejak zaman pra sejarah. Ini terbukti pada Prasasti peninggalan kerajaan Mataram (851-882 M) yang menunjukkan adanya kain lurik. 

Kain Lurik ditenun menggunakan benang katun dengan alat yang disebut Gedog, alat ini menghasilkan kain dengan lebar 60 cm saja. Seiring dengan perkembangan jaman, kain Lurik mulai diproduksi menggunakan ATBM dan dapat menghasilkan kain dengan lebar 150 cm. 

Penggunaan kain Lurik tidak terbatas untuk pemakaian sehari-hari seperti pakaian dan kain gendong namun juga digunakan untuk perlengkapan interior. 

Kain Lurik mempunyai motif bergaris, yang disusun berdasarkan jalinan benang berwarna-warni. Pada awalnya, kain ini hanya dibuat dalam dua warna saja, yaitu hitam dan putih dengan corak garis atau kotak. Namun kini terdapat kain lurik dengan warna yang beragam, seperti biru, merah, kuning, coklat, dan hijau. Yang membedakan tiap motif adalah susunan warnanya, misalnya 3 warna merah, 4 warna biru dengan bahan dasar hitam. Masing-masing komposisi warna dan garis pada kain lurik memiliki makna tertentu. Seperti  kain lurik gedog madu, yang digunakan pada upacara siraman. Kain Lurik motif lasem yang digunakan untuk perlengkapan pengantin.

4. IKAT


Tenun ikat disusun dengan cara mengikat dan mewarnai benang-benang bahan tenunan. Sebelum ditenun, helai-helai benang diikat dengan plastik atau tali sesuai dengan corak yang akan dibuat sehingga pada saat dicelup bagian benang yang diikat tidak akan terwarnai. 

Kain ini memiliki wilayah persebaran terluas di Indonesia, salah satunya tenun ikat Troso. Di samping itu, kain tenun ikat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kain tenun ikat pakan dan kain tenun ikat lusi. Umumnya, tenun ikat pakan diproduksi oleh masyarakat di daerah-daerah yang mendapat pengaruh dari agama Hindu, Budha, dan Islam. 

Misalnya daerah-daerah di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, serta Sulawesi. Ciri-cirinya antara lain memiliki warna kain yang cerah, meriah, dan ditandai dengan adanya benang emas dan perak. Berbeda dengan tenun ikat lusi yang hanya terdapat di sebagian kawasan timur Indonesia seperti Sumba, Flores dan Timor, daerah-daerah ini kurang mendapat pengaruh dari Hindu, Budha, dan Islam. Warna maupun motifnya pun terkesan lebih sederhana.

Kain Tenun Tradisional : Ulos, Songket, Lurik, dan Ikat Rating: 4.5 Diposkan Oleh: jurnal

0 komentar:

Post a Comment