Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Salah satu manfaat dari sumber daya alam tersebut adalah dapat dijadikan sebagai pewarna alami tekstil. Oleh karena itu, pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Meski kini masih terdapat zat warna alam pada tekstil, namun penggunaannya sedikit. Hal tersebut terjadi karena telah ditemukannya zat warna sintetis dan industrialisasi permintaan pasar yang pesat.
Zat warna sintetis lebih mudah diperoleh, ketersediaan warnanya banyak, serta penggunaannya relatif praktis. Sedangkan zat warna alam, meski lebih ramah lingkungan namun ketersediaan variasi warna dan bahannya lebih terbatas. Dibalik kekurangan tersebut, zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas dengan karakteristik yang unik, etnik, dan eksklusif. Oleh karena itu penggunaan zat warna alam pada tekstil masih terus berkembang hingga kini.
Mayoritas penggunaan zat warna alam pada tekstil terdapat pada Batik. Salah satu pelaku dan pengembang Batik dengan pewarna alami adalah Creative Kanawida yang berlokasi di Tangerang. “Bengkel” ini sejak awal berdiri (pertengahan tahun 2006), mencoba untuk mengembangkan Batik Modern dengan pewarnaan alami. Hal ini didasarkan pada rasa cinta terhadap karya seni warisan leluhur dan terhadap lingkungan.
Diawali dari belajar pewarnaan alami di Museum Tekstil Jakarta, Creative Kanawida mencoba mengeksplorasi dan memanfaatkan berbagai tanaman yang tumbuh di sekitar “bengkel” sebagai sumber bahan pewarna. Sumber bahan pewarnanya berasal dari tanaman-tanaman yang lazim tumbuh di sekeliling kita seperti Mangga, Rambutan, Jengkol, Alpukat, dan Angsana.
Mengembangkan Batik dengan zat warna alam yang ramah lingkungan, selain berorientasi bisnis juga merupakan tujuan untuk melestarikan warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh masyarakat dunia.
0 komentar:
Post a Comment