Pulau Bangka dikenal sebagai daerah penghasil timah. Tapi tahukah Anda bahwa Pulau Bangka pun dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kain? Bukan sembarang kain, tetapi kain yang terkategori sebagai warisan budaya tak benda Bangsa Indonesia. Namanya Kain Cual.
Kain Cual bermakna kain putih yang akan diwarnai atau di celup tapi kini masyarakat Bangka memaknainya sebagai kain khas daerah Bangka yang siap dipakai, misalnya untuk selendang atau baju. Masyarakat Bangka biasa menggunakan Kain Cual pada hari-hari besar umat Islam, upacara-upacara adat, pakaian pengantin, dan mahar pernikahan sejak sekitar abad ke-17. Seiring berjalannya waktu, Kain Cual digunakan pula untuk pakaian anak-anak hingga dewasa dan telah menjadi salah satu seragam resmi di beberapa sekolahan dan kantor pemerintah.
Kain Cual bermakna kain putih yang akan diwarnai atau di celup tapi kini masyarakat Bangka memaknainya sebagai kain khas daerah Bangka yang siap dipakai, misalnya untuk selendang atau baju. Masyarakat Bangka biasa menggunakan Kain Cual pada hari-hari besar umat Islam, upacara-upacara adat, pakaian pengantin, dan mahar pernikahan sejak sekitar abad ke-17. Seiring berjalannya waktu, Kain Cual digunakan pula untuk pakaian anak-anak hingga dewasa dan telah menjadi salah satu seragam resmi di beberapa sekolahan dan kantor pemerintah.
Kain ini pada awalnya dibentuk dengan perpaduan antara teknik songket dan tenun ikat, sekarang dikembangkan pula menggunakan teknik yang lain, yaitu batik pada pembuatan motifnya saja. Ragam motif yang dikembangkan antara lain adalah Penganten Bekecak, Jande Bekecak, Kembang Gajah, Bunga Cina, Naga Bertarung, dan Burung Hong. Beberapa motif dibuat menggunakan benang sutra. Kain ini ditenun dengan gedogan (alat tenun tradisional) tanpa bantuan mesin.
Karena sudah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda dan untuk lebih mempromosikan kepada masyarakat secara lebih luas lagi maka dibuatkanlah museum Kain Cual yang terletak di Kota Pangkalpinang. Para penenun Kain Cual sendiri dapat kita temui di beberapa tempat, seperti di Kota Muntok dan Pangkalpinang.
Masyarakat awam bisa jadi memandang Kain Cual itu sama saja dengan kain-kain pada umumnya yang ada dipasaran, sehingga ketika berkunjung ke Provinsi Bangka tidak meliriknya sama sekali. Tetapi apabila sudah memahami historis dan makna yang terkandung didalamnya, akan membuat mereka atau siapa saja yang berinteraksi dengan Kain Cual menjadi lebih menghargainya, sehingga tidak akan sungkan apabila suatu saat menjadikan Kain tersebut sebagai salah satu hiasan dinding rumah atau menjadikannya selendang yang dipadukan dengan pakaian kebaya ketika pergi ke undangan pernikahan.
0 komentar:
Post a Comment